Senin, 04 April 2011

Inelastis Permintaan dan Penawaran

Permintaan Inelastis

Permintaan inelastis, yakni koefisien elastisitas permintaan lebih kecil daripada satu. Keadaan ini terjadi apabila persentase perubahan permintaan lebih kecil daripada persentase perubahan harga. Misalnya, jumlah permintaan kue bolu di suatu toko makanan merosot dari 25.000 menjadi 24.500. Gejala itu rupanya merupakan akibat dari naiknya harga kue bolu dari Rp250 menjadi Rp300. Perhatikan perhitungan dan grafik berikut ini!

Ed =- ∆q/∆p × p/q

=-((24.500-25.000)/(300-250)) × (300/25.000)

=-((-500)/50) × (3/250)

=0,12

maka,Ed<1



Permintaan Inelastis Sempurna

Permintaan inelastis sempurna, yakni koefisien elastisitas permintaan sama dengan nol. Keadaan ini terjadi apabila pada tingkat harga yang berbeda-beda, besarnya permintaan tidak berubah. Dengan kata lain, berapapun besarnya harga suatu barang sama sekali tidak berpengaruh pada jumlah barang yang diminta. Misalnya, naiknya satu ons ketumbar dari Rp300 menjadi Rp350, atau turun menjadi Rp250, sama sekali tidak berpengaruh terhadap besarnya permintaan. Walaupun keadaan harga berubah-ubah, jumlah permintaan tetap. Perhatikan perhitungan dan grafik berikut ini!

∆q=0 sedangkan ∆p=~

Ed=-∆q/∆p × p/q

=-0/~ × p/q

=0/~

maka,Ed=0


Mengapa suatu produk mempunyai permintaan elastis atau inelastis? Ada tiga faktor yang mempengaruhi hal ini.

1. Apakah produk itu merupakan barang kebutuhan pokok(primer) atau kebutuhan mewah(tersier)? Sebagai contoh adalah beras. Peningkatan harga beras mungkin tidak begitu berpengaruh terhadap jumlah beras yang diminta, karena kita harus makan nasi setiap hari.

2. Apakah produk tersebut mempunyai produk substitusinya atau tidak. Artinya, jika harga barang tertentu naik, apakah konsumen bisa beralih ke barang lainnya atau tidak? Sebagai contoh adalah teh dan kopi. Keduanya merupakan barang substitusi, karena bisa saling mengganti. Apabila harga teh meningkat, para ibu mungkin akan beralih ke kopi. Dengan demikian, perubahan harga teh akan berpengaruh terhadap jumlah permintaan kopi.

3. Bagian dari pendapatan yang dibelanjakan untuk barang tersebut. Apabila jumlah pendapatan yang dibelanjakan untuk barang tersebut tidak begitu besar, maka peningkatan harga barang tersebut kemungkinan tidak akan mempengaruhi jumlah permintaan. Sebagai contoh, apabila sekantung plastik garam meja hanya berharga Rp100 maka kenaikan harga menjadi Rp125 tidak akan mempengaruhi jumlah permintaan. Contoh lain, apabila orang tidak membeli suatu produk dengan frekuensi yang tinggi – misalnya jas hujan atau payung – maka kenaikan harga pokok tersebut kemungkinan besar hanya memberi pengaruh yang kecil saja terhadap permintaan.

Penawaran Inelastis

Penawaran inelastis, yakni koefisien elastisitas penawaran lebih kecil daripada satu. Keadaan ini terjadi apabila persentase perubahan penawaran lebih kecil daripada persentase perubahan harga. Misalnya, harga kaos di suatu toko naik dari Rp5.000 menjadi Rp5.500 sementara kuantitas penawaran hanya meningkat dari 8.000 menjadi 8.500. perhatikan perhitungan dan grafik berikut ini!

Es= ∆q/∆p:p/q

=((8.500-8.000)/(5.500-5.000))×(5.000/8.000)

=(500/500)×(5/8)

=0,63

maka,Es<1


Penawaran Inelastis Sempurna

Penawaran inelastis sempurna, yakni koefisien elastisitas penawaran sama dengan nol. Keadaan ini merupakan kasus ekstrim lainnya karena pada tingkat harga berapa pun, besarnya penawaran tidak berubah. Artinya, penjual sama sekali tidak dapat menambah penawarannya walaupun harga bertambah tinggi. Perhatikan perhitungan dan grafik berikut ini!

∆q=-sedangkan ∆p=~

Es =∆q/∆p × p/q

=0/~ × p/q

=0/~

maka,Es = 0


Source: Ritonga,dkk.2000.Pelajaran Ekonomi 1.Jakarta:Penerbit Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar